Suka dengan novel fiksi fantasi dengan setting dunia Vandaria yang menjadi karya anak bangsa seperti Harta Vaeran dan Ratu Seribu Tahun? Jika iya, maka jangan lewatkan Takdir Elir, buku pertama dari Trilogi Elir yang ditulis oleh Hans J. Gumulia.
Follow Duniaku untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow
WhatsApp Channel &
Google News
“Seorang gadis berwatak keras, yang perilakunya bagaikan pria. Seorang gadis primitif, yang hidupnya jauh dari dunia luar. Seorang pria liar, yang bebas berkelana mengarungi gurun pasir. Seorang raja muda, yang berpegang teguh pada prinsip dan peraturan. Seorang raja lainnya, yang menyembunyikan masa lalu di balik sorotnya. Kelimanya diberikan takdir untuk mengubah benua Elir untuk selamanya. Namun sebelum itu, mereka harus belajar untuk mengenal diri mereka – juga satu sama lain.” Kalimat yang saya kutip dari pembuka novel Takdir Elir ini sekaligus menceritakan keseluruhan isi di dalamnya, pengenalan diri para pahlawan pengubah takdir Elir. Urutan cerita pun persis dengan urutan kalimat pembuka tersebut. Dimulai dari Rozmerga, gadis frameless yang menjadi anggota Kesatria Valiant Ordo Vhranas di Tanah Suci Bedina, serta memilih bertarung secara fisik dibanding menyerang menggunakan sihir. Kemudian Liarra Valweyn Flavianus, gadis frameless lainnya keturunan marga suci Flavinus yang tinggal di Hutam Tenteram Raz’vinel. Lalu ada Sigmar Arvhelon, pemuda separuh frameless yang berasal dari Republik Highwind. Dan dua orang terakhir diceritakan dalam babak yang bersamaan, Althor Rauzell Serenade yang merupakan seorang raja muda di Kerajaan Serenade (menguasai bagian barat benua Elir) dan Xaliber Reginhild, raja di Kerajaan Vandergaard yang menguasai bagian timur benua Elir. Kisah kelima protagonis ini diceritakan dari sudut pandang masing-masing protagonisnya, tapi nantinya saling bersinggungan dan mengerucut menjadi satu menjelang akhir novel ini. Saya menyukai penuturan cerita masing-masing protagonis yang urut dan detailnya tidak ada yang terlewatkan, membuat saya bisa membayangkan semua kejadian yang sedang terjadi. Ini salah satu nilai plus dan juga menjadi nilai minus karena betul-betul detail, terutama dalam hal “lekuk tubuh wanita”. Sepertinya penulis benar-benar suka menulis “lekuk tubuh wanita” mulai dari adegan di prolog saat Xafalian bertemu Manah, adegan pertemuan Liarra dengan Sigmar, dan perbincangan Charon dengan Liarra yang akan mandi di Republik Highwind. Hehe, bukan bermaksud apa-apa sih, tapi kalau sering diekspos seperti ini imajinasi saya akan tubuh (maaf) seksi wanita pasti sering terbayang juga. Mungkin alangkah baiknya kalau penulis tidak terlalu mengeksposnya. Selain itu saya menemukan kejanggalan mengenai kelima protagonis di Takdir Elir ini. Dikisahkan masing-masing dari mereka memiliki semacam visi setelah memegang senjata pusaka (yang entah menjadi warisan atau ditemukan atau dipilih oleh senjata tersebut) dan menerima kenyataan bahwa dirinyalah yang akan menjadi pahlawan pengubah takdir Benua Elir. Tapi hingga akhir, saya tidak menemukan senjata pusaka milik Rozmerga, tapi dia tetap bisa melihat visi-visi saat senjata pusaka lain saling bersentuhan (dan akhirnya dia bersama empat orang lainnya terdampar di masa lalu). Saya hanya berasumsi kalau mungkin penulis akan membahasnya lebih detail di buku berikutnya dan memang sengaja dibuat misterius seperti itu. Dan juga mengenai adegan terdampar di masa lalu saat keempat senjata pusaka para protagonis saling bersentuhan, saya sedikit bisa menduga awalnya. Terutama saat mereka tersadar dan bertanya dengan pedagang yang kebetulan lewat. Pedagang tersebut tidak mengenali raja Kerajaan Serenade yang berdiri di hadapannya dan juga tidak ada pemandangan yang mereka kenali. Dan ternyata dugaan saya benar, bahwa pahlawan legenda Benua Elir bukanlah leluhur mereka, melainkan mereka sendiri. Cukup menarik sebenarnya, tapi saya masih menantikan bagaimana penulis meramu petualangan kelima pahlawan legenda ini di masa lalu sehingga mereka bisa menyelamatkan dan mengubah takdir Benua Elir nantinya. Keseluruhan, novel ini menarik untuk dibaca dan cukup adiktif sehingga membuat saya ketagihan untuk terus membacanya hingga akhir. Terlepas dari sedikit kejanggalan tadi, novel ini saya sarankan bagi kamu penggemar fiksi fantasi, terutama jika kamu ingin mengenal lebih dekat dengan dunia Vandaria (jika memang kamu mengikutinya baik dari RPN milik Mas Ami Raditya berjudul Holy Knight atau melalui permainan TCG Vandaria Wars). Saya tidak sabar untuk membaca buku berikutnya! Sekedar informasi juga, sekitar akhir bulan April 2012 lalu juga telah terbit novel baru Vandaria Saga yang berjudul Kristalisasi. Novel ini berisi sepuluh cerita pendek dengan setting dunia Vandaria dan berbagai macam genre cerita di dalamnya, dan tentunya ditulis oleh sepuluh orang berbeda. Inilah wujud mengkristal bersama Vandaria, dan kabarnya akan ada banyak novel baru dengan setting dunia Vandaria yang dirilis di masa mendatang! Wow oh wow, keren. Jika saya sudah membaca Kristalisasi, pastinya akan saya ulas lagi seperti halnya ulasan saya untuk Takdir Elir ini. Tunggu saja ya.