Follow Duniaku untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Museum MACAN yang terletak di Jakarta Barat ini semenjak pembukaannya di awal Nopember telah menjadi tempat wajib kunjung bagi cool kid zaman now Jakarta.
Warga Jakarta yang selalu mengeluh kalau di Jakarta tidak ada museum kontemporer yang wajib dikunjungi sekarang boleh berbangga hati dengan kehadiran Museum MACAN. Museum MACAN (Modern and Contemporary Art in Nusantara) adalah prakarsa dari Haryanto Adikoesoemo yang merupakan kolektor seni rupa ternama di Indonesia.
Tahun lalu, Haryanto ditunjuk sebagai Board of Trustees di Hirshhorn Museum and Sculpture Garden, Washington, D.C. Untuk periode Nopember 2017 hingga Maret 2018, Museum MACAN mengusung tema “Art Turns World.” Tema ini membahas perkembangan seni terhadap dunia dalam kurun waktu 200 tahun.
Tema ini nantinya akan tema baru begitu waktunya berakhir. Untuk tema ini, ada sekitar 90 koleksi yang menampilkan seni dari era sebelum kemerdekaan Indonesia, setelah kemerdekaan, era transisi, dan globalisasi dengan komposisi 50% dari seniman Indonesia.
Sudah siap menjelajah Museum MACAN? Tapi sebelum masuk ke ruangan koleksi, kamu harus berhenti dulu di bagian informasi dan penjualan tiket. Tiket masuk ke ruang pameran Rp50 ribu untuk orang dewasa, Rp40 ribu untuk pelajar dan Rp30 ribu untuk anak-anak. Atau kamu bisa memesan tiket di situs ini.
Di ruang depan dekat elevator, ada ruang ruang seni khusus yang dirancang ramah anak untuk bermain dan belajar tentang seni. Memasuki ruangan koleksi, kamu bakal melewati taman patung seluas 500 meter persegi. Di ruangan ini juga terdapat koleksi Jeff Koons berupa monster hijau menyerupai Hulk yang membawa gerobak bunga.
Communications Officer Museum MACAN Nina Hidayat mengatakan bahwa instalasi ini merupakan yang paling repot dijaga karena bunga ini harus diganti setiap minggu.
Masuk ke ruangan utama, koleksi ini menampilkan koleksi sebelum era kemerdekaan yang diberi judul ‘Bumi, Kampung Halaman, Manusia’. Koleksinya terentang dari abad ke-19 hingga awal abad ke-20 dari seniman asal Eropa dan Asia Tenggara.
Di era ini seniman banyak menggambarkan kondisi Indonesia yang ideal lantaran banyak terpengaruh dari penjajah. Karya Raden Saleh, Walter Spies, Miguel Covarrubias dan I Gusti Nyoman Lempad terpanjang di area ini.
Lalu di sebelah kanan ada instalasi Infinity Room-nya Yayoi Kusama yang ramai menghiasi instagram cool kid zaman now akhir-akhir ini. Untuk bisa mencoba instalasi ini, kamu perlu antri dengan ratusan orang di weekend. Total waktu mengantri dari pintu masuk hingga Infinity Room bisa mencapai 3 jam lebih.
Dan kami tidak melebih-lebihkan pernyataan ini karena di akhir pekan ada 2000an orang mengunjungi museum dan 500an orang di hari biasa. Melangkah sedikit, ada berbagai koleksi Raden Saleh dan seni-seni yang berkaitan dengan kemerdekaan Indonesia.
Lanjut baca pembahasannya di halaman kedua!
Lalu, kamu akan dibawa ke seni di masa ‘Kemerdekaan dan Setelahnya.’ Jadi di ruangan ini, kamu bisa melihat karya-karya bertema nasionalisme yang bertujuan memberikan dorongan moral untuk masyarakat. Seniman-seniman yang ditampilkan disini adalah S. Sudjojono, Affandi, Hendra Gunawan, dan Sudjana Kerton.
Lalu ke masa yang lebih moderen ada ‘Pergulatan Seputar Bentuk dan Isi’. Di ruangan ini ada karya-karya Andy Warhol dengan warna-warna kontras neonnya. Ruangan ini merupakan salah satu tempat yang paling instragrama-able.
Lalu ada karya Lingga Yoni karya Arahmaiani yang cukup kontroverisial. Lukisan Lingga Yoni menampilkan penis dan vagina dengan tulisan Arab ini sempat membuat Arahmaiani mengungsi ke Perth dan Thailand karena adanya ancaman pembunuhan.
Lukisan ini pun sempat hilang dari peredaran dan tidak diketahui keberadaannya. Beruntung, kurator Museum MACAN Aron Seeto mampu melacak lukisan ini dan membawanya kembali ke Indonesia.
Di ruangan terakhir Museum MACAN, beberapa seniman menampilkan seni yang berhubungan dengan isu-isu global dan kekinian seperti budaya selfie hingga anti-kemapanannya kaum millenial. Ada karya Yukinori Yanagi dengan berbagai bendera negara-negara ASEAN yang berjudul ASEAN +3 (2017).
Instalasi ini berupa bendera negara ASEAN dan beberapa negara Asia Timur dari pasir berwarna dan 5000 semut. Semut-semut ini sengaja dipelihara untuk memperlihatkan dampak dari perpindahan manusia terhadap batas-batas negara.
Setiap bendera terbuat dari pasir berwarna dan saling terhubung melalui selang transparan. Instalasi bio-kinetik ini menggunakan koloni yang terdiri dari lima ribu ekor semut, yang dimasukkan ke dalam kotak-kotak bendera.
Semut-semut itu menggali terowongan dan memindahkan pasir dari satu bendera ke yang lainnya seiring mereka bergerak, menciptakan jejaring terowongan yang akhirnya mengubah komposisi tersebut. Hal ini merupakan sebuah proses konstruksi dan dekonstruksi terus menerus yang terjadi dalam lingkungan terkontrol.
ASEAN+3 mengangkat perubahan geopolitik, ekonomi, niaga, dan migrasi di Asia yang terjadi akibat globalisasi, sembari mempertanyakan konsep negara dan perbatasan.
Jadi sudah siap kekinian di Museum MACAN?
MUSEUM MACANAKR Tower Level MMJalan Panjang No. 5 Kebon JerukJakarta Barat 11530IndonesiaDiedit oleh Fachrul Razi