TUTUP

Hutan Bunuh Diri Aokigahara: Bukan untuk Tertawa atau Uji Nyali!

Menyebut nama Aokigahara, hutan bunuh dirinya Jepang, memang penuh kontroversi. Meski pun begitu, Aokigahara bukanlah tempat untuk dijadikan sebagai tertawaan, uji nyali atau bunuh diri.

Sumber: Sick Chirpse[/caption]

Menyebut nama Aokigahara memang penuh kontroversi. Meski pun begitu, Aokigahara bukanlah tempat untuk dijadikan sebagai tertawaan, uji nyali atau bunuh diri.

Beberapa bulan yang lalu, Youtuber Paul Logan membuat marah banyak orang karena memuat mayat dari orang yang bunuh diri ketika mengunjungi Aokigahara dalam videonya. 

Aokigahara menempati peringkat ke-dua sebagai tempat favorit untuk bunuh diri setelah Golden Gate Bridge di Amerika. Aokigahara yang mempunyai arti sebagai lautan pohon ini terletak di kaki Gunung Fuji.

Di tempat yang terletak hanya 100 meter dari Tokyo ini, kamu akan melihat berbagai papan pengumuman yang mencoba mengingatkan bahwa masih ada pilihan lain selain bunuh diri.

Hutan ini merupakan tempat yang sakral dengan kisah yang kelam. Tempat ini secara sekilas disebut sebagai hutan bunuh diri karena banyaknya orang yang memilih tempat ini sebagai tempat bunuh diri.

Popularitas Aokigahara sebagai tempat favorit bunuh diri dimulai dari masa perang. Para anak yang merasa tidak mampu merawat orangtua mereka akan meninggalkan orangtua mereka di hutan ini supaya tidak menjadi beban.

Lalu Seicho Matsumoto menerbitkan sebuah novel dengan nama Kuroi Kaiju (Lautan Hitam Pohon) di tahun 1960. Novel ini bercerita tentang dua kekasih yang melakukan bunuh diri di Aokigahara. Semenjak penerbitan novel ini, popularitas Aokigahara sebagai tempat bunuh diri semakin meningkat.

Buku terbitan 1993 dari Wataru Tsurumui yang kontroversial, The Complete Suicide Manual, adalah buku yang menggambarkan berbagai mode bunuh diri dan bahkan merekomendasikan Aokigahara sebagai tempat yang tepat untuk mati.

Buku ini juga biasa ditemukan di Aokigahara, biasanya tidak terlalu jauh dari korban bunuh diri dan harta benda mereka. Cara yang dipilih untuk mengakiri hidup di Aokigahara biasanya ada dua yaitu gantung diri atau keracunan obat.

Tempat ini menjadi setting dari film karya Gus Van Sant yang berjudul Sea of Trees (2015). Film yang dibintangi oleh Matthew McConaughey ini bercerita tentang seorang jurnalis yang mencoba mengakiri hidupnya di Aokigahara. Film dokumenter dari Vice ini juga bisa memberi gambaran betapa sakral sekaligus kelamnya Aokigahara.

Selain itu, hutan ini juga diklaim merupakan rumah dari hantu dan iblis lainnya. Diceritakan bahwa roh-roh jahat ini meluncur di antara pepohonan dalam bentuk cahaya putih dan terkadang menampakkan diri mereka ke pengunjung.

Ahli spiritual Jepang percaya bahwa kasus bunuh diri yang dilakukan di Aokigahara telah merasuki tanah dan pohon-pohon di Aokigahara. Hal ini makin ditambah dengan tidak berfungsinya kompas, telepon seluler, dan sistem GPS karena endapan besi magnetik yang kaya di tanah vulkanik di daerah tersebut.

Pemerintah Jepang sendiri lebih dari sadar bahwa Aokigahara telah menjadi tempat favorit untuk bunuh diri. Beberapa relawan juga bekerja berkeliling hutan ini untuk mengajak orang-orang yang berniat bunuh diri ini untuk keluar dari hutan. Para relawan ini akan mengajak ngobrol atau sekadar duduk bersama mereka.

Petugas kehutanan bahkan berada dalam posisi yang lebih buruk daripada polisi yang menyisir dan menyelidiki hutan. Para pekerja ditugaskan untuk membawa mayat-mayat tersebut turun dari hutan ke stasiun lokal, di mana mayat-mayat tersebut dimasukkan ke dalam ruangan khusus yang digunakan khusus untuk menampung mayat-mayat bunuh diri.

Para pekerja hutan kemudian bermain janken atau suit untuk melihat siapa yang harus tidur di ruangan tersebut dengan jenazah bunuh diri. Alasan dibalik ini adalah keyakinan bahwa jika mayat itu dibiarkan sendiri, nasibnya sangat buruk bagi si hantu.

Arwah mereka diceritakan akan menjerit sepanjang malam jika dibiarkan sendiri, dan tubuh mereka akan bangun dan berjalan-jalan mencari teman. Jepang sendiri merupakan negara yang menganggap hutan sebagai tempat sakral.

Penduduk yang tinggal di sekitar Aokigahara melarang anak-anak mereka untuk bermain di dekat-dekat hutan karena mempercaya hutan ini dipenuhi oleh arwah-arwah.

Diedit oleh Fachrul Razi