Follow Duniaku untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Musim liburan akhir tahun akhirnya telah tiba! Kalau kamu ingin mencari tontonan untuk menghabiskan waktu bersama keluarga atau teman-teman, sebaiknya hindari film-film berikut ini! Kenapa? Karena 10 film yang ada di daftar ini adalah film-film paling mengecewakan di tahun 2017! Apa saja filmnya? Simak di sini!
[page_break no="10" title="American Assassin"]
Sebenarnya tidak ada yang salah dengan film American Assassin ini, sampai-sampai harus dibilang sebagai salah satu film paling mengecewakan tahun ini.
[duniaku_baca_juga]
Adaptasi dari novel karya Vince Flynn ini dibuat dengan cukup kompeten lewat adegan-adegan aksi yang bisa dibilang lumayan, serta penampilan dari jajaran aktor-aktornya yang cukup baik seperti Dylan O'Brien, Michael Keaton, dan Taylor Kitsch.
Namun sayangnya American Assassin terlalu banyak mengandalkan formula-formula ala film aksi Hollywood yang sudah kelewat sering kita lihat, dengan plot yang klise dan kisah yang datar tanpa ada ketegangan yang berarti. Bila dibuat di tahun 1980an, mungkin bisa menjadi cult classic ala film-film Arnold Schwarzenegger, namun kalau sekarang lebih cocoknya menjadi film direct-to-video saja.
American Assassin hanya layak tonton bila anda benar-benar kehabisan bahan tontonan saja, tapi toh saya yakin masih ada lebih banyak film aksi yang lebih baik dari ini. Skip it!
[page_break no="9" title="The Mummy"]
The Mummy adalah salah satu proyek paling ambisius dari Universal.
Selain berfungsi sebagai reboot dari trilogi The Mummy yang dibintangi oleh Brendan Fraser, film ini juga awalnya direncanakan sebagai permulaan dari semesta sinematik Dark Universe yang akan berfokus pada makhluk-makhluk mistis seperti Frankenstein, Invisible Man, dan sebagainya.
Sayangnya, nama besar Tom Cruise dan Russel Crowe tak mampu menyelamatkan film ini. Cerita yang dangkal, karakter-karakter yang tidak menarik, CGI yang berlebihan, serta tone kisah yang dibuat terlalu (sok) serius membuat reboot ini kehilangan sentuhan magis di film-film The Mummy sebelumnya, yang berhasil menyeimbangkan antara aksi, horor, dan humornya.
[read_more id="359197"]
Ulasan yang buruk juga membuat The Mummy harus terpuruk secara finansial, meskipun berhasil meraup $400 juta dari budget $195 juta, pihak Universal sangat kecewa dengan hasilnya hingga akhirnya mereka harus membatalkan proyek-proyek selanjutnya di Dark Universe. Tak bisa dipungkiri lagi, ini adalah salah satu film paling mengecewakan di tahun ini.
[page_break no="8" title="Rings"]
The Ring (2002) yang dibintangi oleh Naomi Watts dan disutradarai oleh Gore Verbinski memang cukup bagus, bahkan bisa dibilang merupakan satu-satunya remake film J-Horror ke Amerika yang sukses secara kritik dan finansial. Kalau The Ring Two (2005)? Eh... Sebaiknya kita anggap tidak pernah ada saja.
Dan entah produsernya kesurupan apa, mereka memutuskan untuk membangkitkan kembali Samara Morgans dalam pelengkap trilogi yang sebenarnya tidak diinginkan oleh siapa-siapa, yaitu Rings.
Bagaimana hasilnya? Yah, sesuai dugaan, hanya mengandalkan jumpscare dan kisah yang so-so, Rings hanya sekedar mengulang apa yang sudah diperlihatkan di film sebelumnya. Dalam kata lain, basi!
[read_more id="359168"]
Dan jelas saja, baik kritikus maupun penonton sama-sama memberi cap buruk untuk film ini, dengan akumulasi skor di Rotten Tomatoes hanya sebesar 7% dan C- dari penonton lewat polling CinemaScore. Meskipun dicaci habis-habisan, Rings cukup sukses secara finansial dengan meraup $83 juta dari budget $25 juta.
Namun tanggapan dingin terhadap film ini membuat Paramount jera dan membatalkan pengembangan entri terbaru dari seri Friday the 13th yang awalnya direncakanan untuk menyusul Rings sebagai proyek regenerasi seri film-film horor mereka.
[page_break no="7" title="The Snowman"]
The Snowman awalnya terlihat cukup menjanjikan.
Disutradarai oleh Tomas Alfredson (Let the Right One In, Tinker Tailor Soldier Spy), serta dibintangi oleh aktor-aktor papan atas seperti Michael Fassbender, Rebecca Ferguson, Val Kilmer, Charlotte Gainsbourg, sampai J.K. Simmons, adaptasi dari novel crime thriller karya Jo Nesbo ini seharusnya menjadi salah satu tontonan paling menarik di tahun 2017. Yah, seharusnya...
The Snowman terasa amat hambar dengan alur kisah yang nyaris tidak bisa diikuti dan dinikmati. Nama-nama aktor besar di sini pun terasa amat disia-siakan karena penampilan mereka di sini juga biasa-biasa saja, membuat kita bertanya-tanya kenapa dengan banyaknya orang-orang hebat yang terlibat di balik dan di depan kamera, The Snowman bisa menjadi salah satu film paling mengecewakan tahun ini?
Menurut Alfredson selaku sutradara, tahap pra-produksi film ini begitu singkat dan terburu-buru ia tidak sempat membuat persiapan yang banyak, serta jatah waktu syuting yang diberikan oleh studio sangatlah pendek sampai-sampai ia tidak sempat mensyuting 10-15% dari screenplay yang ditulis oleh Hossein Amini, Peter Straughan, dan Soren Sveistrup.
Lanjutan pembahasan bisa kamu cek di halaman kedua!
[page_break no="6" title="Tulip Fever"]
Tulip Fever mengalami kendala produksi yang cukup panjang hingga akhirnya bisa ditayangkan di bioskop.
Percaya tidak percaya, film ini sudah selesai syuting sejak tahun 2014 lalu dan awalnya akan ditayangkan pada tahun 2015. Namun setelah diundur berkali-kali, film ini akhirnya dirilis tiga tahun kemudian tepatnya tanggal 1 September 2017.
[read_more id="359347"]
Dengan dialog yang kaku, alur kisah yang kelewat bertele-tele, Tulip Fever menyia-nyiakan talenta yang ada di dalamnya seperti Dane DeHaan, Alicia Vikancer, Christoph Waltz, dan aktris senior pemenang Oscar Judi Dench. Buruknya film ini membuat kita bertanya-tanya kenapa pihak Weinsteon Company repot-repot merilis film seperti ini ke bioskop ketimbang dirilis langsung ke home video atau layanan streaming saja.
[page_break no="5" title="The Circle"]
Satu lagi film dengan nama-nama besar di balik dan depan layar yang berakhir mengecewakan.
Dibintagi oleh Emma Watson, Tom Hanks, dan John Boyega, The Circle arahan James Ponsoldt ini sebenarnya memiliki niat yang baik, dengan membahas topik mengenai perkembangan teknologi yang mengancam privasi para penggunanya. Namun pengemasannya terasa terlalu ketinggalan zaman, membuatnya terasa seperti film-film techo-thriller yang dibuat akhir 80an-90an.
Aktor-aktor kelas kakap pun hanya tampil seadanya, bisa dimaklumi mengingat keterbatasan materi dari naskah yang menyedihkan, cukup membingungkan mengingat hampir semua orang yang terlibat di dalam film ini adalah mereka yang sudah cukup terbukti talentanya di dunia film.
[page_break no="4" title="Flatliners"]
Flatliners merupakan remake dari film berjudul sama yang dirilis di tahun 1990.
Meskipun sebenarnya kualitas versi orisinalnya juga tidak terlalu spesial, Flatliners 1990 berhasil sukses secara finansial karena faktor konsep ceritanya yang dianggap unik tentang 5 mahasiswa kedokteran yang ingin mencari tahu kebenaran akan kehidupan setelah kematian, serta faktor bintang-bintang populer yang meramaikan filmnya antara lain Kiefer Shuterland, Julia Roberts, dan Kevin Bacon.
[read_more id="359364"]
Namun, remake yang satu ini harus berakhir menyedihkan. Dengan akumulasi skor "hanya" sebesar 5% di Rotten Tomatoes, Flatliners dianggap sebagai film horor yang tidak hanya gagal menakut-nakuti penonton, namun juga tidak memberikan sesuatu yang baru alias hanya sekedar pengulangan saja dari versi orisinalnya.
Kalau kalian benar-benar penasaran dengan cerita filmnya, cukup tonton saja yang versi 1990, karena remake ini adalah salah satu film paling mengecewakan tahun ini. Skip it!
Tiga besar bisa kamu cek di halaman ketiga!
[page_break no="3" title="The Dark Tower"]
Mengadaptasi karya Stephen King bukanlah hal yang mudah mengingat beliau memiliki fanbase yang sangat besar dan cukup kritikal tentang adaptasi-adaptasi filmnya. Bila film-film seperti It dan Gerald's Game yang dirilis di tahun yang sama bisa sukses, maka harus ada "tumbal"nya, dan apa lagi selain The Dark Tower?
Dengan menjual nama dua bintang besar seperti Idris Elba dan Matthew McConnaughey pun tak bisa menyelamatkan film ini dari keterpurukan. Konsep kisah western yang digabungkan dengan elemen fantasi memang menarik, namun karakter yang tidak berkembang, plot yang terlalu terburu-buru, dan efek visual yang biasa-biasa saja, The Dark Tower adalah salah satu film paling mengecewakan tahun ini. Skip it!
[page_break no="2" title="Transformers: The Last Knight"]
Jujur saja, waktu masih rajin merental VCD, dulu penulis cukup menikmati film-film karya Michael Bay seperti The Rock, Armageddon, Transformers yang pertama, dan bahkan Pearl Harbor. Tapi entah kenapa, semakin lama film-film karya sutradara yang dikenal dengan film-film aksi bombastisnya ini malah semakin kacau dari segi cerita.
Transformers: The Last Knight yang merupaka film kelima dari saga Transformers ini tak lebih dari pesta CGI dan ledakan yang berisik dan heboh, dengan editing yang kacau balau, dengan kisah yang jauh lebih dangkal dibandingkan parit-parit di depan gang rumah penulis.
[read_more id="358613"]
Nilai plus-nya mungkin ada pada penampilan Anthony Hopkins yang terlihat cukup menikmati perannya, serta CGI yang patut diakui sangat bagus. Namun lebih dari itu, ini adalah salah satu film paling mengecewakan tahun ini, lebih baik tonton Doraemon Movie: Nobita and the Steel Troops saja kalau anda ingin mencari tontonan robot-robotan yang lebih bagus.
[page_break no="1" title="The Emoji Movie"]
Mungkin The Emoji Movie berniat ingin menyaingi kesuksesan The Lego Movie (2014). Namun sayangnya, film ini memiliki humor-humor yang sangat, sangat hambar dan malah terkadang cukup ofensif, dengan kisah yang sulit diterima akal sehat bahkan untuk film animasi tentang sekumpulan emoji sekalipun.
Seakan-akan masih tidak cukup buruk, film ini menghadirkan Patrick Stewart sebagai pengisi suara emoji kotoran. Ya, aktor senior yang dihormati itu berperan sebagai kotoran di film ini, masih kurang ofensif apa coba? The Emoji Movie bukan hanya film paling mengecewakan tahun ini, tapi juga film terburuk!
Nilai plusnya mungkin ada pada kualitas animasinya yang cukup baik, namun itupun masih berada pada standar film-film animasi ber-budget serupa. Dengan kata lain, The Emoji Movie menyia-nyiakan banyak hal seperti talenta tim produksi, jajaran pemain, dan tentu saja waktu berharga anda yang sebaiknya dipakai untuk hal-hal yang lebih bermanfaat. Tonton saja lagi The Lego Batman Movie.
Setujukah kalian dengan opini penulis di atas? Berikan opini kalian di bagian komentar ya!
Diedit oleh Fachrul Razi