Ennichisai ketujuh ini mengusung tema Miracle, The Power of Love! Apa yang beda ya dibandingkan event sebelumnya? Berikut liputan dari Duniaku.
Follow Duniaku untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow
WhatsApp Channel &
Google News
Di tanggal 17 hingga 18 Mei kemarin, sebuah festival Jepang yang secara rutin diadakan setiap tahun, Ennichisai pun diselenggarakan. Seperti biasa, di Ennichisai kamu bisa mendatangi berbagai booth menarik baik dari berbagai brand Jepang ternama, ataupun jajan makanan dan snack ala Jepang yang dijual di sana, mulai dari ringo ame, sushi, takoyaki, okonomiyaki, dan sebagainya. Seperti tahun-tahun sebelunya, festival yang selalu diadakan di Blok M yang disebut sebagai Little Tokyo ini selalu dipadati oleh pengunjung, bahkan kamu harus berdesak-desakan jika ingin jalan. Di sela-sela hunting jajanan lezat, kamu juga bisa menyaksikan mikoshi yang beberapa waktu sekali berkeliling di area festival tersebut. Suasana siang hari di acara tersebut sangat panas, mengingat Ennichisai diselenggarakan di area outdoor. Namun teriknya matahari tak mampu membendung antusiasme pengunjung. Terbukti dengan area festival yang selalu ramai, dan baru surut di malam hari menjelang jam tutup acara. Di tahun ini, ada yang istimewa dari tema Ennichisai ketujuh ini. Mengusung tema Miracle, The Power of Love, kamu juga bisa mampir ke Love Booth, di mana kamu bisa menuliskan pesan untuk orang-orang yang kamu sayangi untuk ditempel di board booth tersebut, atau membeli gelang berbagai warna untuk kompakan bersama pasangan kamu. Lucunya, ada fitur unik di mana kamu yang masih jomblo hanya boleh membeli gelang berwarna pink. Artinya, jika di area pameran tersebut kamu melihat lawan jenis memakai gelang yang sama, maka kamu bisa tahu bahwa orang tersebut masih jomblo, dan bisa langsung kamu modusin! Gelang tersebut dijual dengan harga 10 ribu rupiah, dan akan disumbangkan untuk korban gempa di Kumamoto, Jepang. Seperti Ennichisai tahun lalu, Ennichisai tahun 2016 ini juga digabungkan dengan acara CLAS:H di Jakarta, di mana berbagai kompetisi seperti lomba karaoke, seiyuu competition, dan tentunya lomba cosplay diadakan. Berbagai artis pun tampil di panggung sesi pop culture ini, yang tentunya banyak diantara mereka didatangkan langsung dari negara asalnya, yaitu Jepang. Acara kali ini didatangi oleh artis seperti Loverin Thamburin, Love Android, Musumen, Faint*Star, SAGA, RedShift, dan pianis jazz Rei Narita. Tidak hanya di panggung pop culture, panggung tradisional juga menampilkan beberapa artis yang datang dari Jepang, atau orang Jepang yang menetap di Indonesia. Diantaranya adalah Enjuku, Kajimaai, Hiromi Kano, Hiroaki Kato, Ito Keisuke (Shamisen) & Ogawa Daisuke (Wadaiko), serta I Project. Dalam kesempatan tersebut, tim Duniaku juga diberi kesempatan untuk bertemu langsung dengan Kajimaai dan Hiromi Kano, serta berbincang-bincang sedikit. Kajimaai yang merupakan grup tari yang menggabungkan kobudo (bela diri dengan alat) dan shishimai (barongsai Jepang) ini datang jauh-jauh dari Okinawa. Ini bukan pertama kalinya mereka ke Indonesia, melainkan ini adalah kunjungan ketiganya. Ditanya impresinya tentang Indonesia dan Ennichisai, mereka mengaku sangat cinta dengan Indonesia dan staff Ennichisai semuanya ramah-ramah. Berbeda dengan Kajimaai, Hiromi Kano bisa disebut sebagai sinden asal Jepang. Sempat mengenyam pendidikan jurusan musik piano di Tokyo, Hiromi Kano malah lebih jatuh cinta kepada gamelan Jawa setelah melihat pertunjukan wayang di Indonesia dan memutuskan untuk berkuliah di ISI Jogjakarta. Karena kecintaannya dengan gamelan, Hiromi Kano pun memutuskan tinggal di Indonesia dan menjadi sinden. Menurutnya, Ia suka dengan wayang karena luar biasa ketika ditampilkan jadi satu dengan musiknya, serta filosofinya yang bagus.
Di akhir penutupan acara Ennichisai di hari terakhir, kembang api pun muncul, menghiasi keindahan langit Jakarta sekaligus menutup acara Ennichisai di tahun 2016.